Setelah pengadilan sepakbola Italia memberikan hukuman pengurangan poin Juventus, La Vecchia Signora segera mengajukan banding atas kasus manipulasi transfer pemain. Pihak Juve berharap akan ada keadilan karena menganggap sanksi tersebut tidak sebanding.
Padahal, tim yang dilatih Massimilliano Allegri ini awalnya berada di posisi tiga klasemen Serie A musim 2022-2023 ini. Namun, adanya pengurangan poin tersebut membuatnya Si Nyonya Tua mau tidak mau tersungkur di peringkat ketiga.
Mengenal Plusvalenza, Kasus yang Dialami Juventus
Federasi Sepakbola Italia (FIGC) mengambil langkah tegas dengan melakukan pengurangan poin Juventus di musim ini. Juve harus rela kehilangan 15 poin di paruh musim karena terbukti bersalah atas kasus pengelembungan nilai transfer pemain.
Tidak hanya itu, kesalahan yang dilakukan juga meliputi manipulasi keuntungan modal. Adapun kasus seperti ini di Liga Italia dikenal dengan istilah Plusvalenza. Juventus dinyatakan bersalah atas kasus tersebut karena melakukan manipulasi keuangan.
Bianconeri diduga membuat laporan palsu mengenai nilai transfer pemain. Begitu pula dengan pembukuan finansial di dalamnya diduga sudah direkayasa. Hal ini dilakukan untuk mengakali aturan FFP (Financial Fair Play) secara berturut-turut di tahu 2019, 2020, dan 2021.
Efek Kasus Manipulasi Keuangan Bagi Juventus
Pengurangan poin terhadap Juventus tentunya banyak memberikan imbas negatif atas perjalanan Bianconeri di musim ini. Lalu, apa saja efek dari kasus Plusvalenza yang saat ini sudah terkuak?
1. Juventus Terhempas dari Zona Liga Champion
Setelah kasus ini terungkap, FIGS memberikan sanksi pengurangan poin terhadap Juventus sampai 15 poin. Pengurangan poin yang cukup fantastis tersebut dipastikan membuat Si Nyonya Tua terlempar di zona Champions League.
2. Turun Peringkat di Klasemen Serie A
Tidak ada yang lebih mengecewakan bagi Si Nyonya Tua karena salah satu efek kasus ini adalah turun peringkat klasemen. Padahal, sebelumnya tim asuhan Massimilliano Allegri tersebut sudah kokoh di posisi ketiga dengan 37 poin.
Pengurangan poin yang diputuskan Federasi Sepakbola Italia memaksa Juve turun peringkat di posisi kesepuluh dengan total 22 poin.
3. Petinggi Juventus Dilarang Beraktivitas di Pentas Sepakbola
Pada dasarnya, FIGC tidak hanya memberikan hukuman pengurangan poin Juventus. Federasi tersebut juga menjatuhkan sanksi terhadap jajaran manajemen klub asal kota Turin tersebut.
Misalnya Fabio Paratici, Andrea Agnelli, dan Maurizio Arrivabene yang dilarang beraktivitas di bidang sepakbola. Tidak hanya jajaran manajemen, sang direktur juga terkena imbasnya atas terungkapnya kasus manipulasi laporan keuangan ini.
Federico Cherubini, Direktur Olahraga Juventus mendapatkan sanksi dari FIGC berupa larangan beraktivitas selama 16 bulan di pentas sepakbola Italia.
4. Ancaman Sanksi dari UEFA Siap Menunggu Juventus
Pengurangan poin Juventus sudah memberikan banyak efek buruk bagi perjalanan Bianconeri di musim ini. Seolah sanksinya belum cukup, UEFA dikabarkan akan memberikan sanksi tambahan.
Tidak tanggung-tanggung ancaman hukuman tersebut yaitu larangan ikut kompetisi di Liga Italia selama tiga tahun.
Juventus Mengajukan Banding Atas Sanksi Pengurangan Poin
Berbagai macam sanksi yang diterima Juventus tidak membuat klub asal Turin satu ini diam saja. Seperti yang telah diketahui, usai kasus transfer pemain terungkap, Juventus mengalami pengurangan 15 poin.
Pada dasarnya, sanksi dari FIGC tersebut jauh lebih berat dari tuntutan pengurangan 9 poin yang diajukan Jaksa Pengadilan Federasi Sepakbola Italia (FIGC). Pada akhirnya, jaksa mendeteksi adanya kecurangan cara klub populer di Serie A tersebut dalam menangani kesepakatan transfer pemain.
Mengingat sanksi yang didapatkan cukup berat, melalui situs resminya Juventus menuliskan pengajuan banding di kasus manipulasi ini. Disebutkan bahwa pihak Juventus meminta Pengadilan Banding Federal untuk mempertimbangkan pencabutan pasal 63 Kode Keadilan Olahraga yang diajukan Kejaksaan FIGC. Banding yang dilayangkan Juventus di situs resminya tersebut masih menunggu ditanggapi oleh FIGC.
Perlu diketahui bahwa hukuman yang diderita Bianconer ini terjadi untuk kedua kalinya dalah 17 tahun terakhir. Sebelumnya, tim asal Turin tersebut terlibat skandal wasit ‘Calciopoli’ yang akhrinya membuat klub tersebut didegradasi ke Serie B.
Pada saat kasus tersebut berlangsung, FIGC juga menjatuhkan sanksi pada delapan klub lainnya. Sebut saja Pro Vercelli, Sampdoria, Parma, Genoa, Novara, Empoli, Novara, dan Pescara. Namun pada akhir putusan, kedelapan klub Liga Italia tersebut akhirnya dibebaskan dari hukuman.
Bagaimana Kondisi Juventus Usai Kasus Manipulasi Keuangan Klub Terungkap?
Nasib nahas yang diderita Juventus memang tidak hanya berupa pengurangan poin. Bagaimana tidak, baru-baru ini dikabarkan bahwa Federasi Sepakbola Eropa (UEFA) berencana menjatuhkan sanksi pada klub di kota Turin tersebut.
Berdasarkan kicauan dari akun Sonde Ta Juve di Twitter, hukuman dari UEFA disebut-sebut lebih parah. UEFA akan melarang La Vecchia Signora mengikuti kompetisi Eropa selama tiga tahun berturut-turut.
“UEFA sedang mempertimbangkan melarang Juventus di semua kompetisi Eropa tiga musim berturut-turut.” Tulis Sonde Ta Juve di Twitter.
Tentunya, rencana hukuman dari Federasi Sepakbola Eropa tersebut membuat posisi Si Nyonya Tua semakin di ambang kehancuran. Pengurangan 15 poin dan skorsing dari semua kompetisi akan berimbas pada pemasukan klub, nasib pemain, dan status Juventus sebagai salah satu tim elite di Serie A.
Padahal, klub Serie A tersebut sudah terhempas dari Liga Champions musim 2022-2023. Hal tersebut terjadi karena hasil buruk di fase penyisihan grup di awal musim ini.
Tidak hanya itu, Bianconeri di musim ini baru memenangkan dua dari sembilan pertandingan pembuka Liga Italia. Meski akhirnya mampun bangkit secara perlahan dan sempat berada di posisi ketiga.
Awal Mula Kasus Juventus Terbukti Memanipulasi Nilai Transfer
Kasus Plusvalenza ini pada awalnya dilaporkan dua tahun yang lalu. Saat itu, badan pengawas Serie A, COVISCOS menginvestigasi kesepakatan nilai transfer pemain yang mencurigakan.
Badan pengawas mengindikasi sejumlah pelanggaran, terutama pemalsuan laporan tahun finansial klub di musim 2018-2019 hingga 2020-2021. Masalah tersebut timbul akibat keuntungan dari modal fiktif transfer dan peminjaman pemain dari klub lain.
Tidak hanya itu, terjadi pula penghematan fiktif dari hasil pemangkasan gaji pemain Si Nyonya Tua. Adapun tindakan investigasi serius ini dinamakan Investigas Prisma oleh COVISCOS.
Seiring berjalannya waktu, terungkap bahwa Juventus dan 12 pejabat tinggi mereka di klub terbukti bersalah. Bahkan bekas direktur (Fabio Paratici) yang kini memimpin tim sepakbola Tottenham dan penasehat hukum klub juga terlibat di dalamnya.
Pada akhirnya, Paratici terancam menerima skors selama 2,5 tahun tidak boleh beraktivitas yang berhubungan dengan sepakbola. Tidak sampai disitu, Maurizio Arrivabene dan Andrea Agnelli juga menunggu hukuman skors selama dua tahun.
Sedangkan petinggi klub lainnya yaitu Federico Cherubini dan Pavel Nedved masing-masing menerima skorsing 1,4 tahun dan 8 bulan dari Federasi Sepakbola Italia.
Hukuman pengurangan poin Juventus pada akhirnya memberikan efek domino. Klub dengan julukan Bianconeri tersebut bahkan terancam ditinggalkan beberapa pemain hebatnya. Mengingat kasus manipulasi keuangan ini tidak hanya sekali terjadi dan membuat fans Si Nyonya Tua merasa kecewa.